Jumat, 04 April 2014

Kertas Putih


    Di suatu pagi yang cerah, Rina dikejutkan  oleh suara ibunya. Suara ibunya itu semakin dekat terdengar, sampai seperti ibunya sudah berada di depan pintu kamar Rina.

    “Ayo keluar, makanannya sudah ibu siapkan.” Ujar ibunya

    Rina pun keluar dari kamarnya. Setelah selesai makan pagi, Rina pun pergi ke sekolah.

    Sesampainya Rina di sekolah, Rina bertemu dengan teman-temannya. Mereka adalah Intan dan Dian.

    “Rina lu gak lupa kan kalo hari ini disuruh bawa buku novel bahasa inggris?”   
    Tanya Intan.
“Engga lah, kan lu tau guru kita galaknya kayak apa?” Sahut Rina.
“Udah ngobrolnya nanti aja, capek ni gw bediri mulu. Ke kelas yuk.” Keluh Dian.

Jam pelajaran pun di mulai. Ternyata ada satu orang siswa yang tidak membawa
buku novel bahasa inggris. Siswa itu adalah Toni.

“Toni! Kenapa kamu tidak bawa novel bahasa inggris?!” Tanya gurunya.
“Saya belum ngerti semua isi dari novel yang saya beli itu, jadi saya belum bisa kasih ke ibu.” Jawab Toni dengan tenangnya.

Seisi kelas terdiam setelah mendengar perkataan Toni itu. Rina pun terdiam
karena sebenarnya ia tidak membaca sama sekali buku novel yang dia beli itu.

Tanpa disadari bel sekolah berbunyi dan sudah waktunya pulang. Karena penasaran
Rina memutuskan untuk mengobrol dengan Toni. Rina melihat Toni sedang duduk diam di taman dekat sekolah.

    “Toni, lu lagi apa?” Tanya Rina.
“Mengisi kertas putih.” Jawab Toni.
“Mana kertasnya?” Tanya Rina kebingungan.
“Setiap kejadian di hidup gw akan menggoreskan tinta yang beraneka ragam di kertas itu, kejadian satu hari cukup di satu kertas, esoknya akan ada lembaran baru yang menggantikan. Tapi bukan berarti lembaran yang telah lalu menghilang begitu aja, tapi kertas-kertas itu cuma bisa dinikmati oleh gw sendiri.” Jawab Toni lagi.
“Kenapa cuma lu yang bisa nikmatin?” Tanya Rina.
“Karena kertas-kertas itu belom gw tunjukin ke siapa-siapa.” Jawab Toni.
“Gw mau kok ngeliat kertas-kertas lo, dan lu boleh melihat kertas-kertas gw juga. Dan gw mau menggoreskan tinta ke kertas lu dan lu juga harus ngasih goresan ke kertas gw.” Balas Rina.
“Lu ngerti?!” Toni terkaget.
“Gak usah segitunya kali. Jadi mau gak nih?” Tanya Rina sambil tersenyum.
“Iya mau!” Jawab Toni dengan keras.



Semenjak hari itu mereka berduapun menjadi “teman dekat”. Mereka saling menunjukkan kertas mereka yang telah lalu, dan saling mengisi lembaran kertas yang masih putih.

Kata kunci:
- Berani.
- Mengerti.
- Menjalani hidup = Mengambar di kertas putih.

Dibuat oleh: Kristanto N.P.

P.S. = Cerpen ini ditulis murni karangan saya, maaf apabila di temukan kesamaan di sisi manapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar